Sebagai manusia, basically kita memiliki rasa ingin mencapai tujuan yang lebih tinggi from time to time, ingin merasa bangga dan juga berguna. Human purposes ini sangat cocok dengan kebutuhan perusahaan. Tercipta kaya pasangan puzzle yang saling melengkapi. Kenapa? Karena Perusahaan membutuhkan karyawan untuk memenuhi posisi pekerjaan yang tersedia demi menjalankan roda perusahaan. Oleh karena itu perusahaan menawarkan kesempatan kepada para calon pekerja untuk mencapai basic human purpose diatas yaitu mencapai tujuan tertentu, merasa berguna dan bangga, dalam job position tertentu untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan dengan melakukan beberapa tugas, yang kemudian akan menerima imbalan berupa sejumlah uang atau yang biasa kita disebut dengan gaji. Beberapa perusahaan juga mempromosikan karyawannya setelah beberapa waktu secara berkala, misalnya dari magang menjadi karyawan tetap, kemudian dari karyawan menjadi manajer dan seterusnya.
Talking about companies, yap, fokus utama yang dikejar ya udah pasti keuntungan dong, mostly related to money. Perusahaan membutuhkan keuntungan untuk tetap bertahan. Ya kurang lebih sama seperti makanan yang kita makan setiap hari,coba kalo kita sering ngga makan ,pasti bakal kelaperan, abis itu sakit then die. Mirip nih sama perusahaan, kalo perusahaan nggak memperoleh keuntungan terus-menerus, mereka akan merugi, lalu menghadapi masa sulit untuk survive dan yang paling parah adalah collapse/pailit. In case to avoid this, perusahaan akan sebaik mungkin menemukan dan merekrut orang dengan skill and ability terbaik untuk mengisi job-seat yang ada.
Sayangnya, masih ada pola pikir tradisional yang kurang tepat dan melekat di kepala para eksekutif dan pemilik perusahaan hingga detik ini. Eksekutif dan Pemilik Perusahaan berpikir bahwa apapun yang terjadi pasti akan ada pasar tenaga kerja yang akan terus memberi atau memasok segala jenis tenaga kerja yang mereka inginkan. Di sisi lain, karyawan tidak merasa bahwa perusahaan tempat mereka berada sekarang cukup peduli dengan potensi dan “value” yang mungkin mereka berikan kepada perusahaan dalam empat hingga lima tahun ke depan. Dari sini bisa ditarik garis besar bahwa perusahaan masih menganggap bahwa karyawan mereka hanya sebatas “cost” yang harus dikeluarkan setiap bulan.
Perspektif kaya gini nih udah harus diubah, apalagi di era digitalisasi ini perusahaan kurang “aware” kalo karyawan mereka sangat mungkin untuk lompat dan membangun karirnya di perusahaan lain bahkan membuat perusahaan sendiri. MIT Sloan bekerja sama dengan Delloit melakukan survei pada April 2020 yang menunjukkan jika karyawan merasa terlepas dari perusahaan mereka, mereka merasa keterampilan mereka akan lebih dihargai di tempat lain. Survei lain menunjukkan bahwa 41% karyawan merasa memiliki keterampilan yang memungkinkan mereka untuk berkembang secara mandiri dalam lima tahun ke depan.
Hal ini harus menjadi perhatian para eksekutif dan pemilik perusahaan. Bayangin deh harus mengganti Manajer setiap dua atau bahkan satu tahun? Ini akan sangat tidak efektif dari segi biaya, tenaga dan waktu. Perusahan akan menghabiskan uang, tenaga dan waktunya untuk setiap training program dan recruiting yang seharusnya nggak perlu terjadi dan bisa dimanfaatkan untuk boost up kinerja perusahan di bidang lain yang lebih crucial.
Most companies nowadays, lebih tertarik pada short term advantage yang bisa mereka dapatkan daripada long term advantage-nya. Mempertahankan karyawan adalah salah satu bentuk long term investment yang dapat dilakukan untuk melewati gempuran digitalisasi. Ini akan menjadi hubungan ketergantungan timbal balik yang menguntungkan bagi karyawan dan perusahaan. Thomas Kochan, Professor of Industrial Relations, Work and Employment, menggambarkan investasi sebagai “:mampu mendorong peningkatan produktivitas dengan memiliki pekerjaan yang baik, dengan upah yang baik dan memiliki well trained employee sebelum berinvestasi di bidang teknologi, sehingga mereka dapat menambah value bagi proses merancang dan mengimplementasikan teknologi dan kemudian melanjutkan proses inovasi itu.”
Dalam hal ini upskilling, reskilling dan training tampaknya menjadi salah satu jalan keluar untuk menciptakan valuable companies yang sekaligus mengembangkan keterampilan karyawan terutama dalam poin digitech skill. Perusahaan juga dapat membuat handout dan kurikulum sendiri untuk karyawannya atau pilihan yang lain adalah mengikutsertakan karyawannya dalam program pembelajaran tertentu yang diinginkan. Program-program seperti ini dengan mudah dapat kita temukan di Topskill loh!. Di Topskill kita bisa memilih sendiri program yang dibutuhkan and of course kita akan dipandu oleh mentor yang berpengalaman di bidangnya. Penasaran program apa aja sih yang ditawarin sama Topskill? Yuk mari sini stalking akun instagramnya @Topskill jangan lupa difollow biar nggak ketinggalan informasi terkini di bidang digital skill and technology!