Umur 25, aku harus punya apa?

Umur udah 25 tapi aku punya apa ya? 

Ada juga yang barusan aja lulus tapi gatau harus apa dan kemana? Yep, we exactly talking about quarter life crisis. Pasti hampir kita semua banyak nih yang begini di jaman jaman transisi kehidupannya. Misalnya barusan selesai kontrak kerjanya atau barusan selesai studinya, tapi jadi galau dan overthinking sendiri SEBENERNYA AKU MAUNYA APA SIH! AKU MAU JADI APA? ABIS INI MAU KEMANA? Calm down! Tarik napas dulu pelan-pelan.. 


First things first, what exactly life crisis is? 

Apa sih quarter life crisis? Quarter life crisis atau krisis seperempat baya ini dialami oleh manusia di umur 18-29 tahun yang merupakan fase ke enam psikososial krisis dari total ada delapan tahap perkembangan psikososial yang terjadi selama manusia hidup. Di fase ini seorang individu akan mulai berkomitmen dalam menjalin komitmen dengan individu lain, kemudian juga mulai menjadi lebih selektif dalam membangun relasinya dengan orang lain yang mereka anggap sepemikiran atau sepaham. Keberhasilan melalui fase ini sangat ditentukan dari lima fase yang sudah dilalui sebelumnya. Apakah seseorang ini mengalami kebingungan atas identitas dirinya ataukah merasa rendah diri atas dirinya dan sebaliknya. Quarter life crisis adalah masa Emerging Adulthood yaitu transisi dari remaja yang beranjak dewasa. Di fase ini kita udah mulai beneran mikir nih apa sih planning sama tujuan buat masa depan masing-masing. Quarter life crisis ini memiliki problema yang related to karir, finansial, relasi, kehidupan sosial bahkan self-identity juga.

 

Is it a good or bad thing?

Ya namanya crisis ada sisi baik dan buruknya yaaa tergantung kita tuh mau liat ini dari sisi mana? A good or bad ones? To be honest, yang namanya crisis pasti ada fase emosionalnya mulai dari anxiety samp depresi. Tapi tolong banget nih ya jangan diliat dari sisi ini doang. Soalnya quarter life crisis itu bisa jadi a very good starting point kalau bisa dipersiapkan, direncanakan dan diatasi dengan baik. Kita jadi lebih aware and more motivated ketika harus eksplorasi ekstra dalam mencari pemahaman diri, understanding the world sehingga kita mendapatkan berbagai macam solusi dari berbagai point of view yang membuat kita lebih mampu menghadapi tantangan di masa depan.

Coba deh bayangin kalau idup kita tuh lempeeeeeng aja, ga ada masalah, so far so good? Apa ngga bosen? Stuck di comfort zone with no effort? Ya kalo gw si malah takut? Karena dengan begitu gw ga bakal dapet challenge yang sebenernya gw tuh butuh banget loh pelajarin for changing and transforming diri gw yang sekarang ke versi diri gw yang much better lagi.

Menurut Survey yang dilakukan oleh Deloitte pada tahun 2021 kemarin terhadap kaum Millennials dan Gen Z ada 7 isu yang menjadi Top Stress Drivers bagi mereka. Mulai dari isu kesejahteraan keluarga, long term financial future, ketidakpastian atas usainya pandemi, career prospect, keuangan sehari-hari, mental health sampai dengan permasalahan sosial dan politik. Dari ketujuh isu ini permasalahan yang jadi top ranked dan notabene memiliki persentase paling tinggi adalah persoalaan Job/Career Prospect. 

 

How do I Overcome it?

Millennials and Gen Z sama-sama berada di masa digitalisasi (industry 4.0) dimana online platform seperti sosial media memberikan power kepada mereka untuk menyuarakan pendapat mereka, meng-influence orang di belahan dunia lain bahkan mempertanyakan wewenang yang ada dengan “cara” yang baru. Lalu dengan segala macam fasilitas dan kemudahan yang sudah ada ini, bukankah  harusnya lebih mudah buat kita menentukan arah dan tujuan karir kita kedepan? Ya harusnya sih iya, tapi terlalu banyak informasi (overstimulation) juga bisa mengarahkan kita ke tujuan akhir berbeda pula dari rencana awal yang udah kita susun dengan matang karena terlalu banyak null information yang sebenernya sama sekali tidak kita perlukan. Kek makan junk food ga tuh, ya iya kenyang sih laper juga ilang, tapi sehat ga? Hayoloh.

Savickas dalam sebuah kutipan mengatakan bahwa seorang individu dikatakan matang/siap membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan-keputusan karir didukung oleh informasi yang kuat mengenai pekerjaan berdasarkan pencarian informasi yang telah dilakukan. Nah sekarang bingung lagi,kira-kira aku cari informasi yang relate sama keputusan karir ku ini dimana dong? Sebenernya udah banyak platform yang bisa kita gunakan buat mencari informasi baik di social media, website dan yang lainnya. Kalau masi bingung kita bisa coba nih ikut bootcamp gitu buat belajar secara real nya.

Kebetulan, Topskills salah satu trusted educational platform lagi open registration for Fastrack Bootcamp Digital Marketing Batch 1. Di Fastrack bootcamp ini nanti kita bakalan dapet empat hari pelatihan plus dua minggu pendampingan dengan “real project” di perusahaan mitra which would become our real portofolio of course, ngga ketinggalan didampingi langsung dengan  high qualified mentor dan materi yang oke banget, dan masih banyak benefit lainnya. Aduh, hampir aja ketinggalan ada early bird discount menarik juga dong dari Topskills. We only need to pay 299k dari harga normal 799k. Please please please, kesempatan kek gini jangan dikasi lewat gitu aja. Yuk bisa yuuuk tydac pelit untuk diri sendiri, masa ayangnya dijajanin mulu tapi investasi buat masa depan sendiri di skip? Nih aku kasi link pendaftaran Fastrack Bootcampnya sekalian tap disini:https://topskills.id/digitalmarketing/. Oh iya, kepoin akun Instagram Topskills juga boleh banget nih di @topskills.id buat dapetin informasi uptodate soal digital skill.

Source :

A call for accountability and action (deloitte.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Get Update

Topskills Indonesia

Topskills Indonesia

Nggak Mau Ketinggalan Promo dan Informasi Terbaru Dari Topskills Indonesia kan ? Isi Emailmu Sekarang !